My Note


Kadang bingung,,,Bagaimana menyikapi kondisi (seperti Untaian Kalimat yang tertera pada gambar di atas).
Berhubung aku juga berada dalam kondisi tersebut.
Bahkan, terkadang kembali hadir kenangan masa lalu saat "ada sosok yang mempunyai niat tulus & kuat pada diri ini."
Memang, itu sudah cukup lama berlalu...(lebih kurang 3 tahun yang lalu). Tapi ketika lagi berada sendiri di rumah, maka muncul kembali kenangan itu.
Memang, tak ada gunanya mengingat kembali kenangan itu, karena hanya akan menghadirkan penyesalan & kesedihan. Tapi, aku juga manusia biasa...yang terkadang merasa "up & down."
Bukannya aku tidak tahu, apa yang harus aku perbuat. Rasanya semua teori dari buku & nasehat orang-orang terdekat sudah lebih dari cukup. Yang kuingin adalah adanya sebuah "proses perkenalan/ta'aruf" yang bisa dijalani dengan nyata.
Yang kumaksud adalah usaha/ikhtiar, tapi aku juga tidak memiliki banyak link untuk berkenalan.
Jika dilihat dari sisi "teman", aku lebih memilih bersikap "husnuzdon" bahwa teman-teman dekat yang telah menikah, menjadi lebih sibuk & harus fokus pada keluarga baru mereka. Oleh karena itu aku jarang menelpon, bertanya bahkan merengek untuk meminta tolong pada teman-teman.
Jika ada teman-teman yang masih mengingat aku (teman mereka yang saat ini masih melekat dengan status "jomblo".) lalu menghubungiku, menanyakan kabarku & memberikan sebuah peluang/kesempatan padaku, maka sungguh aku sangat terharu & exiting.
Tapi, aku sadar bahwa "manusia bukanlah tempat bergantung." Harapan & pertolongan hanya dapat digantungkan sepenuhnya pada Allah SWT lewat sholat & do'a.
Jika ada pertanyaan "apakah aku terlalu pemilih ?" aku merasa tidak begitu, dan kalau pun aku memilih, rasanya masih dalam batas kewajaran (tidak terlalu berlebihan).
Mungkin, saat itulah aku menerima kesimpulan akhir "berarti bukan jodoh."
Jodoh memang "Rahasia Allah SWT" tak dapat dipastikan kapan datangnya & dimana akan bertemu. Tak ada 1 pun kepastian bahwa jodoh harus dari "sosok diperkenalkan orang tua, teman, atau pengajian." Itu adalah beberapa kemungkinan. Selama ini, aku yang pernah ikut pengajian (lebih kurang 10 tahun) bahkan tak pernah disodorkan sebuah biodata yang dapat kukenali lewat proses/ta'aruf dengan cara yang "hasan" & terpelihara. Padahal, seingatku sudah beberapa kali mengisi & memberikan biodata (jika di-ingat, kemana nyangkutnya yaa ? biodataku itu ? padahal disertai photo seukuran post card).
Sudahlah,,,aku tak ingin membahas terlalu jauh, kuatir hanya akan memperburuk kenangan lalu.
Life must go on. Apa yang aku ceritakan saat ini, kuanggap sebagai salah satu warna dari beberapa warna dalam "pelangi hidup-ku.."





Cinta,,,tak kan pernah usai...
Meski Cinta dalam derita...
Saat harapan yang gelap kan memudar...
Cinta tetap ada,,,walau didera...

Aku,,,aku kan disini...
Kenyataan,,,harus kulalui...
Tak aku pun lari,,walau memang pahit...
Walau kumenangis,,,tetap kuberdiri...

Meski hancur nya hatiku...
Meski berat beban ini...
Namun ku tak sendiri...
Karena Cinta besertaku...

Meski harus kulewati...
Seribu jalan yang berliku...
Namun kutahu pasti...
Dalam hidupku,,,cinta takkan usai...

 Menikah,,,
1 Kata yang memiliki makna yang sangat luas dan dalam.
1 Kata yang mengantarkan 2 insan pada episode kehidupan baru dimana didalamnya akan banyak kejutan-kejutan (baik suka maupun duka).

Setiap insan yang sudah matang (secara umur, fisik, mental, fikiran, penghidupan & normal) ingin menikah.
Semua butuh proses untuk menuju ke gerbang pernikahan, mulai dari ta'aruf/perkenalan antara 2 insan, lalu lanjut pada perkenalan antara 2 keluarga dan sampailah pada kecocokan & saling bersepakat untuk mengikat jalinan kekeluargaan.

Aku memang tak bisa banyak berbicara tentang pernikahan, selain karena ilmu-ku yang sangat terbatas dalam hal ini, juga karena aku belum menjalaninya.
Insya Allah,aku sudah berniat untuk menikah. Selain memasang niat, tentunya aku juga menjalani proses perkenalan dengan seseorang atau beberapa orang.
Dari beberapa calon yang ada, aku berharap Allah SWT yang akan menuntun hatiku untuk merasa yakin & memilih salah 1 sebagai imam-ku.

Alhamdulillah,aku mempunyai mama yang bisa menjadi tempat-ku untuk bertanya tentang seputar pernikahan berdasarkan pengalaman beliau yang sudah 32 tahun menjalani kehidupan berumah tangga.
Aku tahu,mama selalu mendukung "apa yang terbaik" buatku dari dulu sampai sekarang.
Kalaupun ada calon dari mama atau calon yang langsung kukenal sendiri,mama tetap menyerahkan keputusan padaku karena aku yang akan menjalani.
Mama hanya memberikan nasehat/pandangan.
Insya Allah,,semoga tahun ini Allah SWT memberikan jalan bagiku agar dapat "menyempurnakan separuh dien ini", amin..




 Antara Harapan & Kenyataan...
 12 tahun yang lalu,,,tanpa kusadari aku telah tergabung dalam suatu kelompok pengajian (lewat ajakan beberapa teman dekat di SMA dulu). Kami yang telah hijrah/menutup aurat (berjilbab) mencoba untuk menambah pengetahuan agama lewat pengajian yang berbentuk kelompok kecil. Tempat pengajian pertama kami adalah disalah satu gedung bimbel (yang kebetulan kami juga les disana).

Alhamdulillah,,,banyak ilmu yang kuperoleh lewat kelompok pengajian, bahkan juga ukhwah yang sangat erat sampai saat ini. Guru yang membimbing kami disebut "Murabbi". Murabbi pertama kami adalah mahasiswa B.Inggris universitas negeri di kota kelahiran-ku. Beliau bisa "masuk" dalam kehidupan/gaya kami yang saat itu masih sangat remaja. Banyak kesan & kenangan indah kami saat masih dibimbing beliau...(jazakillah buat "Miss Un" ; panggilan akrab & sayang kami pada beliau).

Lewat pengajian itulah,,,pola pikir & sikap kami terbentuk, salah satunya tentang "pacaran sebelum menikah" dimana saat itu kebanyakan teman-teman kami di sekolah berpacaran, sementara kami (Alhamdulillah,,,merasa bersyukur tidak berbuat demikian). Meskipun di usia yang masih "labil" menurut kebanyakan orang. Ini juga tidak terlepas dari kontribusi teman-teman yang berinisiatif untuk saling mengingatkan.

Sekarang,,,setelah 12 tahun berlalu...banyak hal yang telah terjadi & berubah...(termasuk kelompok pengajian kami). Hampir sebagian besar teman-teman yang ikut pengajian dulu, sekarang sudah tidak lagi. Begitupun dengan-ku. Aku mencoba husnudzon saja, mungkin karena teman-teman sudah disibukkan oleh dunia kerja mereka masing-masing.

Dengan ilmu & pemahaman yang kudapat lewat pengajian (yang telah kujalani selama lebih kurang 10 tahun, dengan 10 murabbi) aku memiliki harapan & pandangan sendiri dalam menjalani kehidupan ini yang kusebut dengan prinsip. Salah satu prinsip hidupku adalah dalam hal "memilih pasangan hidup". Sebagai muslimah, aku mengharapkan pasangan hidup seorang muslim yang soleh, baik & bertanggung jawab.

Anehnya, selama lebih kurang 10 tahun mengikuti pengajian, aku tidak pernah menerima "tawaran ta'aruf". Beberapa proses ta'aruf yang kujalani berasal dari perkenalan langsung atau diperkenalkan teman (satu sekolah dulu). Aku paham, bahwa "banyak jalan untuk bertemu dengan jodoh" karena itu aku tidak su'udzon dengan siapapun.

 Anggap saja pengalaman...
Dari awal bertemu & saling mengenal, memang ada beberapa hal yang membuatku "illfeel" padanya. Bukan karena fisik atau materi, tapi "karakter" yang tampak dari sikapnya.Sosok sebagai calon "imam" yang berkarakter, soleh dan serius dengan niat yang tulus belum tampak pada dirinya. Mungkin dia menganggap "proses" ini hanya main-main/iseng-iseng saja.

Diusia yang sudah sangat matang ini, bagiku proses "ta'aruf" bukan untuk sekedar main-main/iseng. Aku mempunyai target, tujuan & harapan. Tapi, aku juga tidak ingin memaksakan apapun pada orang lain. Aku memberikan waktu & kesempatan bagi yang ingin berta'aruf denganku untuk saling mengenal sambil memperlihatkan kesungguhan/kesriusan niatnya padaku.

Dari beberapa pengalaman yang dulu, aku mencoba untuk memperbaiki diri, membuka hati & memberi kesempatan bagi yang ingin berta'aruf denganku,tapi tetap berpegang pada sesuatu yang kuanggap "prinsip".
Namun,hal ini tidak tampak padanya. Dengan santai,dia melanggar sesuatu yang kuanggap "prinsip".

Ternyata benar,bahwa "perasaan/hati tidak bisa direkayasa,namun hanya bisa dikendalikan." Aku sadar,sebagai manusia dengan "pengetahuan" yang sangat terbatas, aku harus selalu meminta "petunjuk" pada Allah SWT & mungkin ini jawaban dari do'a-ku. Aku sudah memberi waktu yang cukup untuknya & aku tidak ingin membuang/mengisi waktuku dengan hal-hal yang tidak jelas.

Kuanggap ini sebagai pelajaran sekaligus pengalaman. Aku berlepas diri dari sesuatu yang tidak ada manfaat-nya buatku. Bagaimanpun, aku berterima kasih atas semua kebaikannya. Semoga tidak ada hati yang saling tersakiti. Setiap manusia punya banyak pilihan & berhak memilih. Aku telah memilih jalan-ku ini...





   Yaa Rabb,,
Hamba tahu bahwa diri ini tak boleh mengeluh..
Namun ijinkan hamba kali ini untuk mengungkapkan rasa yang sudah menyesak didada ini..
Hamba tak tahan lagi untuk menyimpannya..
Hamba Lelah,,capek,,dgn pertualangan ini..
Pertualangan mencari insan untuk teman hidup yang Soleh, Setia & Bertanggung Jawab..

  Yaa Rabb,,
Bukannya diri ini banyak memilih..
Tapi,sebagai "kaum Hawa" yang Lemah, hamba takut untuk dikhianati, disakiti, dibohongi & disia-siakan..
Bila hamba diberi kesetiaan & kasih sayang, maka hamba akan jauh Lebih setia pula..
Tapi, bila hamba dikhianati, maka tak mudah untuk hati ini kembali..
  
  Yaa Rabb,,
Bukan fisik yang membuat hamba suka & jatuh cinta..bukan pula harta & jabatan..
Dari sekian banyak yang datang & mendekat, ternyata mereka juga mendekati yang lain..
Mereka seolah memiliki banyak cadangan..
Begitu mudah & enak-nya..
Sementara "kaum hawa" tidak berbuat demikian..

  Yaa Rabb,,
Perasaan ini halus,,pantaslah Rasulullah mengatakan bahwa "Kaum Hawa" itu makhluk yg Lemah, rapuh & "mudah patah.."
Tapi,,kadang bisa Lebih kuat & tegar dibandingkan "kaum adam.."